Siang hari pada tanggal 7 Maret 2023, saya dan Eja
seperti biasa, bebenah apa yang belum beres di Perpustakaan Desa Padalarang.
Tidak lama kemudian bah Oyo datang, dia ikut membantu berbenah juga. Setelah
semuanya selesai, saya membuka leptop untuk mengedit tulisan, sedangkan Eja,
aduh saya lupa dia ngapain ya.
Beberapa saat kemudian Eja tiba-tiba menunjukan peta online tua yang dirilis pada tahun 1904. Sampai di sini saya masih belum terlalu tertarik pada apa yang ditunjukan Eja. Tapi saat Eja bilang, "di peta ini gak ada gunung Hawu loh, ada juga Pr. Beras". Pada saat itu saya langsung berhenti memperhatikan leptop dan mulai memperhatikan peta yang Eja tunjukan.
Peta ini dirilis pada tahun 1904 oleh Biro Topografi Pemerintah Kolonial Belanda. Biro Topografi dibentuk oleh pemerintah kolonial Belanda untuk tujuan mempertahankan kedaulatan kerajaan Belanda di Jawa. Dengan belum adanya peta yang baik mengenai daerah pedalaman di pulau-pulau penting di Hindia, agak sulit mempertahankan kedaulataan kerajaan di Hindia Belanda. Oleh karena itu dibentuklah biro Topografi pada tahun 1840.
Survey Topografi pertama atas Jawa dilaksanakan antara 1849-1853 meliputi wilayah antara Batavia dan Buitenzorg (Bogor). Kerja pengukuran ini kemudian dilanjutkan dengan membuat peta-peta topografi Batavia saja.
Pada 1857, jumlah personil pengukuran meningkat dari 1 pasukan menjadi 2 pasukan, dan kemudian menjadi 4 pasukan pada 1864. Pada 25 Februari para pengukur tanah atau juru ukur secara formal disyahkan menjadi suatu "Biro Topografi" yang sebelumnya hanyalah person-person anggota korps atau kesatuan insinyur militer. Namun demikian biro tetap berada di bawah pengawasan ketat korps tehnik militer.
Pada 7 April 1874, Biro Topografi menjadi bagian dari staf umum kemiliteran yang berdiri sendiri dan namanya menjadi Dinas Topografi (Topografi "Dienst"). Pada waktu itulah muncul sebuah studio fotografi yang menjadi bagian dari fasilitasnya untuk tujuan utama membuat reproduksi peta-peta topografi.
Pada 1901 staf pegawai studio fotografi pada dinas Topografi terdiri dari seorang juru foto dengan pangkat pegawai negeri atau pengawas militer, dua juru foto pembantu dari pangkat bintara dan dua pembantu pribumi. Sekalipun demikian selama akhir 1913, studio fotografi masih menggunakan plat-plat kolodion basah dengan ukuran maksimum normal 90 kali 90 meter.
Pada tahun 1907 Dinas Topografi dipisahkan dari staf umum militer dan menjadi divisi ke-9 kementrian urusan perang (Ministry of War).
Peta yang Eja tunjukan ini meliputi dua distrik, yakni distrik Rajamandala dan Cilokolot, afdeling Bandung dan keresidenan Priangan/Preanger. Distrik adalah sebuah wilayah administratif di era kolonial Belanda setingkat kecamatan sekarang. Sedangkan afdeling adalah sebuah wilayah administratif di era kolonial Belanda setingkat kabupaten sekarang. Adapun keresidenan adalah sebuah wilayah administratif di era kolonial Belanda setingkat di atas kecamatan dan di bawah provinsi, dalam struktur kewilayahan hari ini sudah tidak dipakai lagi. Peta ini berskala 1:20000 km/cm, artinya 1 km di kenyataan sama dengan 1 cm dalam peta. Peta ini bersumber dari koleksi digital Universitas Leiden.
Dalam peta ini nama gunung Hawu belum lahir. Gunung Hawu pada tahun 1904 dikenal dengan nama pasir Beras. Pasir dalam bahasa Sunda diartikan bukit. Lantas, pada tahun berapa Pr. Beras berubah nama jadi gunung Hawu?
Gambar 1. Peta ini diambil dari website Koleksi Digital Universitas Leiden. |
Gambar 2. Peta yang diperkecil dari gambar 1. Di peta ini gunung Hawu belum lahir. |
Referensi Bacaan: Ensiklopedia Jakarta
Penulis: Yoga Zara
0 Comments