Bedah Buku: Kopi dalam Kebudayaan Sunda

 


Heywow, konon revolusi Prancis dimulai dari perbincangan-perbincangan intens di kedai kopi. Sebut saja kedai kopi seperti Le Procope, Café de Foy, dan Café de la Régence menjadi tempat berkumpulnya tokoh-tokoh terkemuka, termasuk para jurnalis, penulis, politisi, dan anggota kelompok radikal.

Kedai kopi, seperti Le Procope di Prancis memiliki peran yang penting dalam menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pertemuan, diskusi, dan pertukaran ide, yang berkontribusi pada perkembangan Revolusi Prancis. Tokoh-tokoh terkemuka pada masa itu, termasuk Voltaire, Robespierre, Georges Danton, dan Jean-Paul Marat, sering kali berkumpul dan berdiskusi di Le Procope.

Bersamaan dgn itu, di Inggris pada tanggal 29 Desember 1675, Raja Charles II mengeluarkan sebuah deklarasi yang melarang warganya untuk berkumpul dan berdiskusi di kafe-kafe/kedai kopi. Karena dianggap dapat mengganggu kestabilan politik dan menggeser kekuasaan raja.

Baik di Prancis maupun di Inggris, kopi dan kedai kopi berpengaruh signifikan dalam membentuk alam pikir masyarakat luas yang pada akhirnya mempengaruhi kebudayaan.

Bagaimana dengan di Indonesia? Lebih spesifik lagi bagaimana dengan kopi di tanah Priangan?

Sebelum Culturstelsel dicanangkan, terlebih dahulu ada Prianganstelsel, dari sinilah babak baru kebudayaan orang Sunda secara ekonomi politik bisa dibilang disusun-ulang. Bagaimana detailnya?

Ayo hadir dalam bedah buku "Kopi dalam Kebudayaan Sunda".

#PerpusdesPadalarang #KopidalamKebudayaanSunda #AtepKurnia #HafidzAzhar #BagusPujiPanuntun


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments