Bismillah.
Pertama-tama tentu saja kami patut bersyukur, karna masih dikasih kekuatan oleh Alloh SWT untuk bisa bernapas dan menyelenggarakan kegiatan literasi di Perpustakaan Sastra Desa Padalarang. Meskipun di tengah-tengah nama panjang lembaga kami ada diksi "Sastra", itu bukan berarti perpustakaan yang kami kelola masuk kategori perpustakaan khusus yang hanya menyediakan buku-buku Sastra, perpustakaan yang kami kelola adalah perpustakaan umum yang insyaalloh menyediakan buku untuk segala usia. Adapun mengenai diksi "Sastra", kami patenkan dalam nama perpustakaan semata-mata karna kami sebagai pengelola kebetulan penyuka Sastra. hehe...
Sejauh ini sudah banyak kegiatan yang kami lakukan di perpustakaan, bahkan ada kegiatan menanam pohon. Wah menanam pohon! Seperti enggak ada kaitannya sama dunia perpustakaan, ya kan? tentu saja ada, itu tuh bentuk aksi nyata kami peduli terhadap alam agar makin hijau lestari. Kepedulian itu muncul karna kami gemar membaca buku bertema ekologi. Kalo baca buku sekedar untuk pintar tak membuahkan laku yang mengandung kebermanfaatan bagi alam dan sesama, agaknya bayar pajak atau minum tolak angin sudah cukup, gak perlu repot-repot gemar membaca buku. Kegiatan menanam pohon menurut kami adalah salah satu laku yang mengandung kebermanfaatan bagi sesama dan alam semesta. Kegiatan ini kami lakukan di area tebing Pabeasan, kampung Pamucatan, pada tanggal 28 November tepatnya.
Ada juga kegiatan lainnya, diantaranya, kelas Bimbingan Menulis Karya Ilmiah seminggu dua kali. Adapun yang bertindak sebagai pembimbing yaitu, babeh Firhan dan kang Sopian. Dan masih banyak lagi kegiatan yang sudah kami lakukan, yang Insyaalloh bermanfaat, makanya ayo datang ke perpus!
Bahkan mulai bulan desember ini kami bakal menyelenggarakan kegiatan yang Insyaalloh berbobot dalam bentuk diskusi buku dan nonton bareng film-film berkualitas. Rencananya bakal kami selenggarakan setiap satu minggu sekali. Gak tanggung-tanggang, melalui kegiatan diskusi buku dan nobar film ini, kita bakal memblejeti asumsi di balik narasi sejarah yang ditulis oleh rezim yang terkenal otoriter dan banyak sekali melakukan tindak pelanggaran HAM berat, yaitu rezim pemerintahan Orde Baru.
Bayangkan 32 tahun lamanya kita dipaksa buat mengamini kebenaran narasi sejarah yang ditulis oleh pemerintahan Orde Baru. Sehingga wajar sampe sekarang bahkan, sebahagian besar dari kita masih mengimani narasi sejarah yang ditulis oleh pemerintah Orde Baru. Bagaimana itu bisa terjadi? Apakah orang tua kita dulu merasa dipaksa buat mengamini narasi sejarah yang ditulis Orde Baru? Melalui Disertasinya yang kemudian dibukukan dengan judul "Kekerasan Budaya Pasca 65:...", almarhum Wijaya Herlambang menjelaskannya secara apik dan rinci. Salah satu yang menarik dari disertasi beliau ialah konsep normalisasi peristiwa kekerasan.
Peristiwa kekerasan yang dimaksud Wijaya itu macam apa? sulit sekali bagi kita memahinya karna terjadi bahkan puluhan tahun sebelum kita lahir. Untuk itu, Joshua Oppenheimer, Abdi Rukun dkk hadir membawa serta karya berbentuk film ke hadapan kita. Jagal dan Senyap adalah dua film karya mereka, dihadirkan dalam rangka membantu kita yang lahir belakangan untuk memahami "peristiwa kekerasan" yang dimaksud Wijaya. Di dalamnya memuat kesaksian dari mereka para pelaku dalam "peristiwa kekerasan". Filmnya dikemas secara menarik, terasa sekali efek dramatisnya. Bisa dikatakan membuat kita; meminjam istilah Aristoteles, "Katarsis".
Sebagai penutup rangkaian diskusi buku dan nobar film di bulan desember, kami memilih "Trumbo" untuk ditonton. Film bergenre biografi ini kami pilih karna kita bisa tahu bahwa persekusi oleh negara terhadap warga negara tidak hanya terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, tapi terjadi juga di negara maju macam Amerika Serikat. Hingga akhir hayatnya, hak-hak perdata Trumbo tidak pernah dipulihkan. Sama seperti di Indonesia, seperti dijelaskan Wijaya, penerimaan mayoritas orang terhadap narasi sejarah yang ditulis Orde Baru berbanding lurus dengan tidak dipulihkannya hak-hak penyintas 65-66 hingga kini. Pengetahuan ini penting bagi kita agar ke depan hal-hal buruk di masa lampau tidak lagi terulang.
0 Comments