Heywow, mari sini mari, kita ngobrolin sejarah ormas Islam bernama Persatuan Islam.
Di masa lalu, sebelum bangsa Indonesia merdeka, bangsa kitu riuh dengan percakapan, polemik dan pertanyaan "hendak dibawa ke mana, bangsa kita ini?" Secara garis besar ada dua jawaban, jawaban pertama berpendapat bahwasannya sebaiknya jika ingin maju bangsa kita mestilah kembali menggali akar kebijaksanaan tradisi nusantara (Tradisionalis). Jawaban kedua berpendapat bahwasannya sebaiknya jika ingin maju, bangsa kita mestilah meniru cara berpikir orang-orang di negara maju yakni, rasional, empiris, dan kritis (Modernis).
Narasi pertanyaan dan dua jawaban besar tersebut tidak hanya mengemuka di kalangan politisi, budayawan dan sastrawan. Narasi itu jadi narasi arus utama di semua kalangan, tak terkecuali di tubuh umat Islam nusantara pada waktu itu.
Deliar Noer dan Howard Fiederspiel memasukan PERSIS ke dalam satu gerakan dakwah Islam yang modern dalam arti rasional, kritis, empiris.
Karena watak organisasi PERSIS yang seperti itu, maka pada masa-masa awal kemunculannya, PERSIS dianggap menyimpang/menyempal oleh mayoritas kaum muslim, yang kala itu lebih memilih mengikuti tradisi keagamaan yang sudah baku serta mapan.
Cerita mengenai hal itu ada di dalam buku yang akan kita bedah esok hari. FYI, Persis pernah dituduh komunis, sesat, dan agama baru. Bagaimana detailnya? Aya hadir besok!
#PersatuanIslam #BedahBuku #HafidzAzhar #AldyIstanzia #FikriAqsmaul #PerpusdesPadalarang #PadalarangHudang
Di masa lalu, sebelum bangsa Indonesia merdeka, bangsa kitu riuh dengan percakapan, polemik dan pertanyaan "hendak dibawa ke mana, bangsa kita ini?" Secara garis besar ada dua jawaban, jawaban pertama berpendapat bahwasannya sebaiknya jika ingin maju bangsa kita mestilah kembali menggali akar kebijaksanaan tradisi nusantara (Tradisionalis). Jawaban kedua berpendapat bahwasannya sebaiknya jika ingin maju, bangsa kita mestilah meniru cara berpikir orang-orang di negara maju yakni, rasional, empiris, dan kritis (Modernis).
Narasi pertanyaan dan dua jawaban besar tersebut tidak hanya mengemuka di kalangan politisi, budayawan dan sastrawan. Narasi itu jadi narasi arus utama di semua kalangan, tak terkecuali di tubuh umat Islam nusantara pada waktu itu.
Deliar Noer dan Howard Fiederspiel memasukan PERSIS ke dalam satu gerakan dakwah Islam yang modern dalam arti rasional, kritis, empiris.
Karena watak organisasi PERSIS yang seperti itu, maka pada masa-masa awal kemunculannya, PERSIS dianggap menyimpang/menyempal oleh mayoritas kaum muslim, yang kala itu lebih memilih mengikuti tradisi keagamaan yang sudah baku serta mapan.
Cerita mengenai hal itu ada di dalam buku yang akan kita bedah esok hari. FYI, Persis pernah dituduh komunis, sesat, dan agama baru. Bagaimana detailnya? Aya hadir besok!
#PersatuanIslam #BedahBuku #HafidzAzhar #AldyIstanzia #FikriAqsmaul #PerpusdesPadalarang #PadalarangHudang
0 Comments